PewartaSulut.com, Gorontalo – Kunjungan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Ukraina, Armenia, dan Georgia, Arief Muhammad Basalamah, ke Universitas Bina Mandiri (UBM) Gorontalo, bukan sekadar kuliah umum.
Lebih dari itu, kunjungan tersebut menandai tonggak penting dalam pemahaman konflik Rusia-Ukraina di Indonesia dan sekaligus peresmian sebuah pusat studi strategis di Gorontalo. Kamis, (30/01/2025).
Dalam sebuah Studium Generale yang berlangsung selama lebih dari dua jam, Dubes Arief memberikan wawasan mendalam tentang konflik yang telah mengguncang dunia internasional ini, mengarahkan pandangan peserta kuliah pada berbagai aspek kompleks konflik tersebut, dan mengakhiri kunjungannya dengan peresmian Pusat Studi Eropa Timur (PSET) di Perpustakaan UBM Gorontalo.
Paparan Dubes Arief dimulai dengan penelusuran akar konflik yang bermula sejak aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.
Ia menjelaskan bagaimana dukungan Rusia terhadap pemberontakan separatis di wilayah Donbass, yang berujung pada pembentukan Republik Rakyat Luhansk dan Donetsk, memicu ketegangan yang terus meningkat hingga akhirnya meletus menjadi invasi skala penuh pada 24 Februari 2022.
“Rusia menganeksasi Krimea dan mendukung separatis di Donbass, mendirikan Republik Rakyat Luhansk dan Donetsk, sebelum akhirnya mengintegrasikannya ke Federasi Rusia. Ini menjadi pemicu serangan penuh pada 24 Februari 2022,” ungkap Dubes Arief.
Lebih lanjut, Dubes Arief menggarisbawahi pentingnya memahami dimensi non-militer konflik ini.
Ia memaparkan tentang perang propaganda yang dilakukan kedua belah pihak, menggunakan berbagai media untuk menyebarkan narasi masing-masing.
“Ada perang propaganda yang masif antara Rusia dan Ukraina, melalui TV, surat kabar, radio, dan media online,” jelasnya.
Ia juga menyoroti upaya Ukraina untuk mengganti bahasa Rusia dengan bahasa Ukraina di sektor pemerintahan dan pendidikan sebagai bagian dari strategi nasional mereka.
Mobilisasi wajib militer untuk laki-laki berusia 18-60 tahun di Ukraina juga dijelaskan sebagai realita pahit perang yang sedang berlangsung.
Aspek geopolitik juga menjadi sorotan penting dalam paparan Dubes Arief.
Ia menjelaskan ambisi Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa sebagai upaya untuk memperkuat kerja sama dan afiliasi dengan negara-negara Barat.
Keinginan Ukraina untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang diduduki Rusia, termasuk Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, Kherson, Krimea, dan Sevastopol, juga ditekankan sebagai salah satu faktor utama yang memperumit penyelesaian konflik.
Dalam konteks hubungan bilateral Indonesia-Ukraina, Dubes Arief menjelaskan posisi konsisten Indonesia dalam menjunjung tinggi kedaulatan negara sesuai dengan Piagam PBB dan hukum internasional.
“Konflik Rusia-Ukraina, dilihat dari hubungan bilateral antara Indonesia-Ukraina, dari sisi politik Indonesia tetap menjunjung tinggi kedaulatan negara sesuai Piagam PBB dan Hukum Internasional,” tegasnya.
Ia juga menyinggung potensi peningkatan volume perdagangan, investasi, dan pariwisata dari Ukraina ke Indonesia, serta kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, teknologi, dan kebudayaan sebagai peluang di tengah situasi yang sulit.
Pemerintah Indonesia, lanjut Dubes Arief, tetap berkomitmen pada perdamaian dunia.
Hal ini dibuktikan dengan pengiriman pasukan perdamaian dan pemindahan Kantor KBRI Kyiv untuk memastikan keamanan Warga Negara Indonesia (WNI).
“Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi dan sebelumnya, selalu konsisten mengirimkan pasukan perdamaian.
Kantor KBRI Kyiv pun dipindahkan untuk menjaga keamanan WNI,” tuturnya.
Ia juga menekankan pentingnya persatuan dalam negeri sebagai pelajaran berharga dari konflik ini, mengutip keberhasilan Indonesia dalam mempersatukan bangsa di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya.
“Negara Indonesia patut bersyukur, karena sudah sejak dahulu pendiri bangsa menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan,” ujarnya.
Puncak dari kunjungan Dubes Arief adalah peresmian PSET di Perpustakaan UBM Gorontalo.
Hal ini menandai kerja sama strategis antara UBM dan KBRI Kyiv untuk meningkatkan pemahaman tentang Eropa Timur, khususnya di konteks konflik Rusia-Ukraina.
“Saya melihat banyak peserta yang hadir saat Studium Generale. Hal ini menunjukkan prospek yang positif untuk pengembangan Prodi Hubungan Internasional yang ada di Kampus UBM Gorontalo,” kata Dubes Arief.
Ia berharap PSET dapat menjadi pusat studi yang melahirkan para diplomat handal dari Gorontalo dan Indonesia pada umumnya.