Goni/PewartaSulut.com
Minahasa – Ignatius Mario Sarkol, pemuda kelahiran Maluku Tenggara 08 Mei 2002, membuktikan bahwa latar belakang ekonomi tak menghalangi cita-cita.
Anak kedua dari empat bersaudara pasangan Herman Yosep Sarkol (petani) dan Bernadeta Wenehenubun (ibu rumah tangga) ini baru saja menyelesaikan pendidikannya di Universitas Negeri Manado (UNIMA) dan meraih gelar sarjana Teknik Informatika pada wisuda Rabu, (25/06/2025).
Perjalanan akademiknya yang inspiratif ini menjadi bukti nyata kegigihan dan kerja kerasnya.
Pendidikan dasar Ignatius dimulai di SD Naskat Wulurat dan SD Mathias I Langgur, Maluku Tenggara.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMP Budhi Mulia Langgur dan SMK Siwa Lima St. Josep Langgur, mengambil jurusan Teknik Komputer & Jaringan.
Keputusan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di UNIMA merupakan langkah berani yang didukung penuh oleh keluarga.
“Melalui dukungan, doa, dan bantuan dari keluarga dan berbagai pihak, saya akhirnya dapat menyelesaikan studi,” ungkap Ignatius.
Tugas akhir yang dikerjakan Ignatius berjudul “Penerapan Algoritma Vector Space Model Pada Sistem Monitoring Bimbingan Skripsi Berbasis Web di Prodi Teknik Informatika Universitas Negeri Manado.”
Pilihan judul ini dilatarbelakangi oleh pengalamannya selama menempuh pendidikan.
Ia mengamati kesulitan yang dihadapi beberapa temannya dalam proses bimbingan skripsi, seperti kesulitan bertemu dosen pembimbing, keterbatasan waktu dosen, dan jadwal bimbingan yang tidak teratur.
“Ada teman-teman yang mau bimbingan, tetapi dosen pembimbingnya susah ditemui, atau punya waktu terbatas, atau jadwalnya tidak teratur,” jelasnya.
Sistem yang dikembangkannya diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut.
Kehidupan perkuliahan Ignatius di UNIMA tak hanya diwarnai oleh tantangan akademik.
Ia juga merasakan kehangatan dan dukungan dari komunitas mahasiswa Katolik.
“Ketika merantau ke tanah Minahasa, saya mengira akan menjalani kuliah tanpa pendampingan keluarga. Namun, ternyata ada Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) UNIMA dan PMKRI Cabang Tondano yang seperti keluarga bagi saya,” ujarnya.
Ia menambahkan, Mengenal keluarga dan berproses di KMK & PMKRI membawanya ke jalan kebahagiaan yang benar.
“Mengutip kata-kata Rocky Gerung, ‘tersesat di jalan yang benar,’ itulah saya.” Ungkapnya.
Pengalaman berkuliah secara daring selama pandemi COVID-19 juga menjadi bagian dari perjalanannya.
Ignatius mengaku bahwa proses perkuliahan daring selama empat semester terasa kurang menyenangkan dan hambar dibandingkan dengan perkuliahan tatap muka.
Namun, hal ini tak menyurutkan semangatnya untuk menyelesaikan studi.
Ia sangat menghargai kasih sayang dan dukungan dari kakak dan adiknya selama menjalani masa perkuliahan.
“Belajar Fraternitas, Kristianitas, dan Intelektualitas menghantar saya ke arah dan tujuan perkuliahan yang sejati,” tambahnya.
Kisah Ignatius Mario Sarkol menjadi inspirasi bagi banyak pemuda, khususnya mereka yang berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi sederhana.